Selasa, 07 Juli 2009

"REKAYASA GENETIKA”

OPINI
“REKAYASA GENETIKA” MENJAWAB KENDALA
PEMULIAN KONVENSIONAL
Oleh:
Daniel P. Lauterboom
.
Bogor, 07 Juni 2009.
Bioteknologi merupakan bidang ilmu baru dibidang pertanian yang dapat menyelesaikan masalah-masalah yang tidak dapat diselesaikan dengan cara konvensional. Penggunaan bioteknologi bukan untuk menggantikan metode konvensional tetapi bersama-sama menghasilkan keuntungan secara ekonomi. Prinsip pemuliaan tanaman, baik yang modern melalui penyinaran untuk menghasilkan mutasi maupun pemuliaan tradisional sejak zaman Mendel, adalah sama, yakni pertukaran materi genetik. Perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan melalui modifikasi genetik, baik dengan persilangan tanaman secara konvensional maupun dengan bioteknologi melalui rekayasa genetika. Kehadiran teknologi transformasi memberikan harapan baru bagi pemulia tanaman untuk memperoleh kelompok gen baru yang lebih luas.
Rekayasa genetika pada tanaman tumbuh lebih cepat dibandingkan dunia kedokteran. Alasan pertama karena tumbuhan mempunyai sifat totipotensi sel (setiap potongan organ / sel tumbuhan dapat menjadi tumbuhan yang sempurna). Hal ini tidak dapat terjadi pada hewan, kita tidak dapat menumbuhkan seekor tikus dari potongan kepala atau ekornya. Alasan kedua karena petani merupakan potensi besar bagi varietas-varietas baru yang lebih unggul, sehingga mengundang para pebisnis untuk masuk ke area ini.

Rekayasa genetika memiliki potensi sebagai teknologi yang ramah lingkungan dan dapat membantu mengatasi masalah pembangunan pertanian yang tidak dapat dipecahkan secara konvensional. Sebagai contoh, dalam rangka meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan penduduk yang selalu bertambah, salah satu kendala utamanya adalah faktor biotik, seperti hama dan penyakit. Melalui rekayasa genetik sudah dihasilkan tanaman transgenik yang memiliki sifat baru seperti ketahanan terhadap hama, penyakit, atau herbisida, atau peningkatan kualitas hasil. Tanaman tersebut sudah banyak ditanam dan dipasarkan di berbagai negara.

Untuk membentuk tanaman transgenik, gen yang ditransfer ke dalam genom suatu tanaman haruslah gen yang bermanfaat yang belum dipunyai oleh tanaman dan bisa berasal dari spesies lain seperti bakteri, virus, atau tanaman lain. Teknik rekayasa genetika dapat digunakan sebagai mitra dan pelengkap teknik pemulia tanaman yang sudah mapan dan telah digunakan selama bertahun-tahun.

Di samping hal positif dari tanaman transgenik, terdapat kekhawatiran sebagian masyarakat bahwa tanaman transgenik tersebut akan mengganggu, merugikan dan membahayakan keanekaragaman hayati, lingkungan, dan kesehatan manusia. Kekhawatiran tersebut disebabkan oleh adanya anggapan bahwa tanaman hasil rekayasa genetik dapat memindahkan gen ke kerabat liar dan menjadi gulma super, menimbulkan dampak negatif bagi serangga berguna, menyebabkan alergi, keracunan, atau bahwa bakteri di dalam perut menjadi resisten terhadap antibiotik akibat penggunaan markah tahan antibiotik dalam tanaman transgenik.

Memang di dalam teknologi rekayasa genetika ada yang aman ada juga yang tidak, sama amannya atau sama bahayanya dengan gen-gen yang direkayasa. Apabila gen introduksi menghasilkan racun, tanaman transgenik dengan sendirinya akan menjadi racun. Kelebihan dari proses rekayasa genetika tanaman transgenik dibandingkan dengan pemuliaan tanaman secara tradisional yaitu dalam tanaman transgenik, gen yang dipindahkan dapat diketahui dengan persis dan dapat diikuti “perjalanannya”. Tanaman yang tahan terhadap serangga tertentu, tidak begitu banyak memerlukan insektisida, bahan bakar untuk alat semprot, dan tidak ada kaleng bekas insektisida menjadikan tanaman transgenik ramah terhadap lingkungan.

Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi dan kajian teknis aspek keamanan hayati sebelum produk rekayasa genetik digunakan dan dikomersialisasikan. Tiga hal penting yang perlu diperhatikan dalam merekayasa tanaman transgenic adalah (1) Gen dalam bentuk DNA yang digunakan untuk modifikasi sifat tanaman, (2) Introduksi gen (regenerasi tanaman transgenic yang digunakan) yang terdiri dari Introduksi ke dalam sel target (sel transgenic) dan regenerasi tanaman transgenic dari sel transgenic, (3) Ekspresi transgen dalam sel tanaman trangenik dimana ekspresi ini menentukan transgenic berhasil atau tidak. (dpl).